Senin, 12 April 2010

TEMA KONGRES INTERNASIONAL BAHASA-BAHASA DAERAH SULAWESI TENGGARA

“Bahasa Daerah Sebagai Sarana Pencerdasan dan Pengembangan Potensi Daerah Sulawesi Tenggara di Era Globalisasi”


Subtema dan topik bahasan yang dapat dipilih sebagai bahan makalah dalam Kongres Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara

1. Bahasa Daerah dalam Komunikasi Sehari-Hari
Topiknya antara lain:

a. Peran bahasa daerah dalam pengembangan potensi dan kebudayaan daerah
b. Nilai etika dan kesantunan dalam berbahasa daerah
c. Bahasa daerah sebagai sarana untuk mengasah kecerdasan dan kepekaan sosial
d. Bahasa daerah dalam ranah administrasi dan pelayanan publik
e. Bahasa daerah dalam ranah aktivitas sosial dan ekonomi
f. Pembangunan karakter bangsa melalui bahasa daerah


2. Sastra Daerah dan Nilai-Nilai Budaya.
Topiknya antara lain:


a. Pengungkapan dan pemantapan jati diri dan kearifan lokal dalam kerangka sastra daerah
b. Penggalian potensi lokal dalam sastra daerah sebagai pemerkaya budaya nasional
c. Identitas budaya dalam sastra daerah di era globaliasi
d. Pengungkapan dan penerapan nilai-nilai luhur dalam sastra daerah
e. Pengembangan dan pemberdayaan komunitas/sanggar sastra daerah di masa kini.

3. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
Topiknya antara lain:

a. Kompetensi pengajar bahasa dan sastra daerah
b. Revitalisasi pembelajaran bahasa dan sastra daerah
c. Bahan ajar bahasa dan sastra daerah dalam kurikulum dan perbukuan
d. Model pembelajaran bahasa dan sastra daerah
e. Pembelajaran bahasa dan sastra daerah pada pendidikan anak usia dini dan generasi muda
f. Pelestarian bahasa dan sastra daerah melalui pendidikan informal


4. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Daerah
Topiknya antara lain:

a. Strategi pemertahanan bahasa dan sastra daerah di era globalisasi
b. Pembangunan jati diri etnis dan bangsa generasi muda melalui bahasa dan sastra daerah.
c. Pengaksaraan bahasa-bahasa daerah dalam rangka pelestarian dan pembinaan bahasa daerah
d. Peran media massa dalam pelestarian dan pengembangan bahasa dan sastra daerah
e. Pelestarian dan pengembangan bahasa dan sastra daerah melalui teknologi komunikasi dan infomrasi
f. Pengenalan dan pelestarian budaya melalui bahasa dan sastra daerah

KONGRES INTERNASIONAL BAHASA-BAHASA DAERAH SULAWESI TENGGARA


1. LATAR BELAKANG

Bahasa daerah yang hidup dan berkembang di Indonesia mencapai 741 bahasa. Sebagian kecil bahasa daerah tersebut berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah lebih dari 15 bahasa, termasuk bahasa daerah pendatang.

Keberagaman bahasa daerah yang ditopang oleh keberagaman etnis dan tradisi menandakan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Tenggara. Keberagaman bahasa ini perlu dipelihara dan dilestarikan sebagai identitas serta jati diri bangsa dan daerah.

Bahasa daerah sebagai bagian dari kebudayaan yang hidup dan berkembang senantiasa akan mengalami perubahan. Perubahan itu sejalan dengan kebutuhan masyarakat terhadap bahasa itu. Pada era globalisasi ini, ada kekhawatiran dari para ahli, peneliti, pemerhati bahasa, dan guru/dosen bahasa bahwa banyak bahasa daerah yang akan mengalami kepunahan atau terancam punah dalam waktu yang relatif cepat. Kekhawatiran tersebut patut mendapat perhatian karena hilangnya satu bahasa daerah mengindikasikan hilangnya satu kebudayaan dan peradaban di dunia ini.

Adanya pendapat bahwa bahasa daerah rawan punah, termasuk bahasa-bahasa daerah Sulawesi Tenggara, merupakan suatu realitas yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Permasalahan tersebut terjadi karena perkembangan suatu wilayah/daerah, sikap penutur bahasa daerah yang kurang positif terhadap bahasa daerahnya, sikap penutur bahasa daerah yang relatif kecil jumlahnya sehingga memandang dirinya sebagai kelompok minoritas yang kurang berprestise, lingkungan sosial yang didiami oleh berbagai etnis, adanya pernikahan campur (beda suku), dan adanya anggapan bahasa daerah kurang memiliki kegunaan praktis.

Pada umumnya, bahasa daerah yang jumlah penuturnya sedikit (rawan punah) cenderung merupakan bahasa yang tidak mempunyai tulisan. Dengan demikian, tradisi lisan yang berkembang pada bahasa-bahasa minoritas ini jika tidak segera didokumentasikan maka akan sangat sulit untuk mempertahankan eksistensinya.

Berbagai permasalahan tersebut, tentu saja, sangat tidak diinginkan terjadi di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut menjadi tanggung jawab kita bersama, baik linguis, peneliti bahasa, dosen/guru bahasa, pencinta bahasa, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, Pemerintah Pusat yang terkait, kalangan masyarakat ilmiah internasional, dan peminat bahasa daerah Sulawesi Tenggara. Tanggung jawab dan kepedulian itu dapat ditunjukkan dalam berbagai wujud yang berujung pada pelestarian, pengembangan, pembinaan, perlindungan, dan pemberdayaan bahasa-bahasa daerah Sulawesi Tenggara.

Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Bau-Bau bekerja sama dengan Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara akan menghimpun pemikiran dari berbagai kalangan dalam upaya pelestarian, pengembangan, pembinaan, perlindungan, dan pemberdayaan bahasa-bahasa daerah Sulawesi Tenggara dalam bentuk “Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara” yang menghadirkan linguis, guru/dosen bahasa, para penentu kebijakan dari instansi/organisasi yang terkait lingkup Pemda Provinsi Sulawesi Tenggara, dan pencinta/peminat bahasa-bahasa daerah Sulawesi Tenggara yang berasal dari dalam dan luar negeri.

Kongres internasional ini juga akan dirangkaian dengan kegiatan festival budaya yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan Juli oleh Pemerintah Kota Bau-Bau, yaitu Festival Pulau Makassar (Puma), sebagai pendukung penyelenggaraan kongres. Melalui rangkaian kegiatan ini, peserta kongres akan disuguhi festival budaya yang penuh dengan kegiatan serta atraksi seni dan budaya lokal, termasuk atraksi seni tradisional daerah Sulawesi Tenggara.


2. TUJUAN DAN TEMA

Kongres tersebut dimaksudkan untuk mendiskusikan dan merumuskan berbagai persoalan yang menyangkut bahasa dan sastra daerah Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, hasil tersebut menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat untuk melestarikan, mengembangkan, membina, melindungi, dan memberdayakan bahasa dan sastra daerah Sulawesi Tenggara pada era globalisasi.

Tema kongres tersebut adalah “Bahasa Daerah sebagai Sarana Pencerdasan dan Pengembangan Potensi Daerah Sulawesi Tenggara pada Era Globalisasi”

3. PEMBICARA UTAMA

Pembicara utama (keynote speaker) dalam kongres tersebut adalah:

1. Menteri Pendidikan Nasional

"Bahasa Daerah sebagai Sarana Pencerdasan Bangsa."

2. Menteri Dalam Negeri

"Revitalisasi Peraturan Permendagri No. 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah."

3. Menteri Pariwisata dan Kebudayaan

"Pelestarian Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Aset Budaya"

4. Menteri Kelautan dan Perikanan

”Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Bahasa dan Sastra Daerah”

5. Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara

"Pelestarian Bahasa-Bahasa Daerah Sultra."

6. Wali Kota Bau-Bau

"Kebijakan Pembuatan Aksara Bahasa Daerah di Kota Bau-Bau."


4. PEMAKALAH UNDANGAN

Pemateri pada “Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara” ini adalah Dr. Mata’im bin Bakar (Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam), Prof. Dr. Paitoon (Singapura), Prof. Dr. Masao Yamaguchi (Setsunan University, Osaka), Prof. Cai Jincheng-Gunawan (Cina), David Anderson (SIL Sulawesi Tenggara), Rene Van Den Berg (Belanda), Lee Kinam, Ph.D. (Hunminjeongeum Society of Korea), Dr. Timothy Friberg (Amerika Serikat), Dr. Dendy Sugono (Pusat Bahasa), Prof. Dr. Bambang Kaswanti-Purwo (Universitas Atma Jaya), Prof. Dr. Mahsun (NTB), Dr. Inyo Yos Fernandez (Universitas Gadjah Mada), Prof. Dr. Multamia R.M.T. Lauder (FIB, Universitas Indonesia), Prof. Dr. Susanto Zuhdi (FIB, Universitas Indonesia), dan Prof. Dr. La Ode Sidu Marafad, M.S. (FKIP Universitas Haluoleo).

5. PEMAKALAH PENUJANG/PENDAMPING

Panitia kongres akan menyeleksi dan menerima makalah yang berkaitan dengan tema dan subtema yang telah dirumuskan (dapat dilihat di pos-el: kbhs_sultra@yahoo.com firmanad041@gmail.com, atau ndrez7707@gmail.com). Abstrak makalah dapat dikirim ke pos-el tersebut dan harus sudah diterima paling lambat 15 Mei 2010. Semua abstrak yang masuk akan diseleksi dan hasilnya diumumkan 30 Mei 2010. Mereka yang diterima sebagai calon pemakalah diharapkan dapat mengirimkan makalah lengkapnya paling lambat 30 Juni 2010. Pemakalah yang lolos seleksi akan ditanggung akomodasi dan konsumsi selama kegiatan.


6. PESERTA KONGRES

Peserta kongres berjumlah 400 orang, terdiri atas peserta undangan dan peserta swakarsa. Jumlah peserta swakarsa terbatas. Masing-masing terdiri atas pencinta bahasa daerah, baik dari dalam maupun luar negeri, yang tergabung di dalam organisasi profesi, pakar bahasa, guru/dosen bahasa, mahasiswa, dan peminat bahasa daerah Sulawesi Tenggara. Pendaftaran peserta ditutup tanggal 30 Juni 2010.


7. WAKTU DAN TEMPAT

Kongres akan dilaksanakan selama tiga hari, 18—20 juli 2010 di Kota Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara.


8. PENYELENGGARA

“Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara” ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bau-Bau bekerja sama dengan Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Kementerian Pendidikan Nasional.


9. PENDAFTARAN PESERTA

Calon perserta Kongres diharapkan mendaftarkan diri dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Kategori A: biaya pendaftaran Rp500.000 dengan fasilitas akomodasi (rumah penduduk), konsumsi selama kegiatan, perlengkapan seminar, sertifikat, dan prosiding.

b. Kategori B: biaya pendaftaran Rp350.000 dengan fasilitas konsumsi selama kegiatan, perlengkapan seminar, sertifikat, dan prosiding.

Biaya pendaftaran peserta dapat ditransfer ke Bank Mandiri, nomor rekening 152-00-9914939-1, a.n. Andi Herlina Nur, S.S. dan Bank BRI nomor rekening 0326.01.039872.50.5 a.n. Masri Kurniawati (pembayaran pendaftaran peserta hanya dilayani melalui nomor rekening tersebut). Konfirmasi pendaftaran harus sudah sampai ke Panitia paling lambat satu bulan sebelum kegiatan Kongres dimulai. Tanda bukti pembayaran harap dibawa pada saat pendaftaran ulang di Kota Bau-Bau.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi sekretariat panitia: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Jalan Haluoleo, Kompleks Bumi Praja Anduonohu, Kendari 93231, telepon (0401) 3005581, 3005584; pos-el: kbhas_sultra@yahoo.com, firmanad041@gmail.com, atau ndrez7707@gmail.com; atau di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bau-Bau, Jalan La Buke, Kompleks Benteng Keraton, telepon/faksimile: 0402-2826612, pos-el: budparkotabaubau@gmail.com . Panitia yang bisa dihubungi: La Ode Yusri 081245772726, Ali Arham 085232864180, Juamdan 085241649401, atau Yuni 085232864180.



10. SISTEM AKOMODASI

Dalam kaitannya dengan akomodasi pemateri dan peserta kongres, Pemerintah Kota Bau-Bau mempersilakan kepada pemateri dan peserta untuk memilih salah satu sistem akomodasi berikut.

a. Sistem pemondokan, yaitu pemateri dan peserta diinapkan di rumah penduduk yang berada dalam lingkungan keraton tanpa dipungut biaya (tempat terbatas).

b. Sistem perhotelan, yaitu pemateri dan peserta menginap di hotel atau penginapan yang ada di Kota Bau-Bau. Adapun biaya hotel berkisar Rp300.000—Rp400.000/malam. Hotel atau penginapan yang ada di Kota Bau-Bau adalah:

1) Hotel Ratu Rajawali; 2) Hotel Grand Hanura; 3) Hotel Mira; 4) Hotel Debora; 5) Hotel Rosichan; 6) Hotel Liliyana, 7) Hotel Marannu, 8) Hotel Wisata, 9) Villa Hill House, 10) Vila Puncak Indah. Biaya hotel ditanggung masing-masing peserta


11. SEKILAS TENTANG KOTA BAU-BAU

Secara geografis, Kota Bau-Bau terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Tenggara dan berada di Pulau Buton. Selat Buton menjadi pendukung utama aktivitas perairan di kota ini dengan pelabuhan utamanya adalah Pelabuhan Murhum. Pelabuhan tersebut menjadi kawasan pendukung aktivitas perdagangan dan lalu lintas perairan, baik nasional, regional, maupun lokal, yang hampir setiap hari dilalui oleh kapal laut milik Pelni Selain itu, kota tersebut juga didukung oleh keberadaan Bandara Betoambari yang sudah difungsikan oleh dua perusahaan penerbangan, yaitu Express Air dan Wings Air setiap hari.

Dari segi budaya, Kota Bau-Bau masih memelihara tradisi peninggalan masa lalu dalam bentuk warisan Kesultanan Buton (Wolio) dengan peninggalannya, di antaranya Benteng Wolio sepanjang 2.740 meter yang mengelilingi perkampungan adat asli masyarakat Wolio (Bau-Bau) dengan rumah-rumah tradisional yang terpelihara sampai saat ini. Budaya asli yang tersaji dalam beragam tampilan seni tetap terpelihara dan sering ditampilkan dalam berbagai upacara-upacara adat, di antaranya: Pekande-kandea; Tari Mangaru; Tari Galangi; dan Tradisi Posuo. Keseluruhan tradisi tersebut terbungkus dalam nuansa islami karena Kerajaan Buton (Wolio) menjadi Kesultanan Islam sejak tahun 1524 M.

Kesultanan Buton juga meninggalkan banyak warisan sejarah, antara lain dalam bentuk naskah-naskah yang berisi beragam tulisan dan catatan, meliputi aturan-aturan, perjanjian-perjanjian, korespondesi dengan kerajaan lain, dan seni puisi atau pantun.

Kota Bau-Bau didiami oleh masyarakat dari berbagai suku dan etnis. Kota tersebut juga merupakan pusat perekonomian dan lalu lintas perairan sehingga menjadi daya tarik masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara Kepulauan sejak dulu. Kemajemukan masyarakatnya menjadikan Kota Bau-Bau kaya dengan bahasa daerah. Hampir seluruh penutur bahasa-bahasa daerah Sulawesi Tenggara ada di kota tersebut yang hidup berdampingan dengan bahasa masyarakat setempat, yaitu bahasa Wolio dan bahasa Cia-Cia.


KONGRES INTERNASIONAL

BAHASA-BAHASA DAERAH

SULAWESI TENGGARA

BAU-BAU, 18—20 JULI 2010

FORMULIR KEIKUTSERTAAN

Nama :


Instansi :

Alamat :


Telepon :


Faksimile :

Pos-el :

Saya ingin didaftar sebagai peserta “Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara.”

Sistem Akomodasi yang Dipilih:

...............................................................